IDEALISME
OBJEKTIF DAN IDEALISME THEIST
Idealisme Objektif
(Fichte-Scelling-Hegel)
Di dalam filsafat
idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat
dipahami dalam kebergantingannya pada jiwa (mind) dan spirit (roh).
Idealisme secara umum selalu berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab
epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan a priori atau deduktif
dapat diperoleh manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalm epistimologi
ialah empirisme yang mengatakan bahwa pengetahuan bukan diperoleh lewat rasio
(akal), melainkan melalui pengalaman empiris.
Menurut pandangan
subjektif, materi adalah sebagaimana yang dipahamioleh manusia. Menurut
pandangan objektif, materi adalah ide dalam pikiran Tuhan, bebas dari tangkapan
manusia. Demikian Barkeley. Sedangakan Kant menyebut dirinya sebagai idealis
empiris , tetapi ia sebenarnya idealis transandental (transcendental
idealist).
Filosof yang dapat digolongkan sebagai filosof
idealis cukup banyak. Berikut ini diuraikan tokoh penting dalam filsafat
idealisme, yaitu Fichte, Schelling, dan Hegel.
Fichte (1762-1814)
Johann Gottlieb Fichte
adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-88. Filsafat
menurut Fichte haruslah di deduksi dari stu prinsip. Ini sudah mencukupi untuk
memenuhi tuntutan pemikiran, moral bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip
yang dimaksud ada di dalam etika: bukan teori, melainkan prateklah yang menjadi
pusat yang di sekitarnyakehidupan diatur.
Menurut Fichte, dasar
kepribadian kemauan; bukan kemauan irasional seperti pada Schopenhauer,
melainkan kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya
dengan melalui kepatuhan kepada peraturan.
Fisafat bagi Fichte adalah
filsafat hidup yang terleak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral
materialisme.
Reese (1980-172-3) membuat
ringkasann filsafat fichte sebagai berikut.
1.
Fichte amat banyak dipengarui oleh Kant.hassilnya ialah idealisme itu
menjadi idealisme yang berangkat
dari kemauan moral.
2.
Kurang tapat bila kita mengatakan bahwa seseorang memahami karena ia memikirkan objek. Yang tepat ialah seseorang
memahami karena ia melihat objek; dan
ini, sebagaimana kita saksikan, adalah cara manusia memahami.
3.
Fichte menyatakan bahwa keharusan terlibatnya segala sesuatu dalam penempatan diri dalam Ego-absolut adalah
suatu keharusan teologis dan keharusan
dialektis.
4.
Karena keharusan yang dilihatnya mula-mula dalam alam hanyalah keharusan dalam pikiran, maka ia tidak begitu
memperhatikannya.
5.
Keunggulan kesadaran moral ialah tidak memerlukan contoh. Ia memerlikan dunia yang disana kita bebas berbuat
dan bertanggung jawab serta memenuhi tugas
kita satudengan yang lainnya. Itu adalah dunia spiritual yang tidak ditentukan oleh ruang dan waktu.
6.
Akan tetapi, mengapa kita mempercayai penginderaan? Kita berbuat demikian agar kita mampu meningkatkan kebijakan
kita dalam mengenali berbagai kesulitan
di dalam hidup ini.
7.
Di belakang tugas dan kesadaran moral itu ada roh (spirit) dan
moral, yang dapat dikenali pada diri Tuhan,
Tuhan sebagai Dunia, logos, bukan sebagai Pencipta atau Penyebab. Tuhan Fichte itu
disebut juga "Ada" (Being) atau absolut. Tuhan itu kekal (eternal), maka ia mesti sempurna.
Schelling (1775-1854)
Friedrich Wilhelm Joseph
schelling sudah mencapai kematangan sebagai filosof pada waktu ia masih sangat
muda. Pada periode terakhir dalam
hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Schelling membahas
realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi idealisme absolut Hegel.
Dalam pandangan Scelling, realitas adalah identik dengan gerakan pemikiran yang
berevolusi secara dialektis. Pada Scelling, juga pada Hegel, realitas adalah
proses rasional evolusi dunia menuju realisasinya pada suatu ekspresi kebenaran
terakhir.
Reese (1980:511) menyatakan
bahwa filsafat Schelling berkembang melalui lima tahap. (1) Idealisme
subjektif, (2) Fisafat alam, (3) Idealisme transendental atau idealisme
objektif, (4) Filsafat identitas, (5) Filsafat positif.
Hegel (1770-1831)
Hegel lahir pada tahun
1770 di Stuttgart. Pusat filsafat Hegel ialah konsep Geist (roh,spirit), suatu
istilah yang diilhami oleh agamanya. Roh dalam pandangan Hegel adalah sesuatu
yang real, kongkret, kekuatan yang objektif, menjelma dalam berbagai bentuk
sebagai world or spirit (dunia roh), yang menempat pada objek-objek khusus. Di
dalam kesadaran diri, roh itu merupakan esensi manusia dan juga esensi sejarah
manusia. Dalil Hegel yang terkenal berbunyi "Semua yang real bersifat
rasional dan semua yang rasional bersifat real."
Konsep filsafat Hegel
seluruhnya historis dan relatif. Kunci filsafat Hegel terletak pada
pandangannya tentang sejarah. Sejarah menurut Hegel, mengikuti jiwa dialektik.
Untuk menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialektika sebagai metode,
yang dimaksut oleh Hegel dengan dialektika ialah mendamaikan, mengompromikan
hal-hal yang berlawanan (Bertens, 1979:68).
Proses dialektika selalu
terdiri atas tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi antitesis (fase kedua),
dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Sintesis baru segera menjadi
sintesis baru, dihadapi oleh antitesis baru, dan menghasilkan sintesis baru.
Dan sintesis baru ini segera pula menjadi tesis baru lagi, dan seterusnya.
Idealisme Theist
(Pascal-Kant)
Blaise pascal di Clermont
Prancis 19 Juni 1623. Pada tahun 1654 tanggal 23 tngah malam ia mengalami
"fana" atau spiritual illuymination. Setelah peristiwa itu
pascal mengkonsentrasikn dirinya pada pengabdian dirinya pada aktivitas
keagamaan. Pascal meninggal di Paris 19 Agustus 1662 dalam usia 39 tahun.
Pemikirannya antara lain
tentang: cara memperoleh pengetahuan, fisafat manusia, dan filsafat ketuhanan.
Kesimpulan filsafat Pascal
antara lain ialah sebagai berikut.
1.
Pengetahuan di peroleh melalui dua jalan, yaitu akal (reason) dan
hati (heart);
2.
Hati memiliki logika tersendiri;
3.
Unsur terpenting dalam manusia ia kontradiksi; satu-satunya jalan memahami manusia ialah jalan agama;
pengetahuan-pengetahuan rasional tidak mampu menyingkap
manusia,pengetahuan rasional itu hanya mampu menangkap objek-objek yang bebas dari kontradiksi;
4.
Tuhan juga tidak dapat di pahami melaluiargumen metafisika, Tuhan hanya dapat dipahami melalui hati.